Langsung ke konten utama

Peran Jurnalistik Terhadap Citra Penerbangan Indonesia

AirnavIndonesia atau Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pelayanan jasa keselamatan dan navigasi penerbangan. Setiap pergerakan pesawat baik sipil maupun militer beroperasi  menggunakan pelayanan Airnav Indonesia yang meliputi lebih dari dua ratus bandar udara di Indonesia. Sebagaimana motto yang dipegang dalam pemberian pelayanannya bahwa, “The sky is vast, but there is no room for error,” atau yang bermakna “Langit itu luas, namun tak ada ruang bagi kesalahan,” pemberian pelayanan dilakukan separipurna mungkin.
Lebih lanjut, citra penerbangan Indonesia dalam hal ini Airnav Indonesia cukup dipengaruhi oleh peran jurnalistik. Jurnalis mengolah informasi yang diperoleh untuk kemudian dirangkai menjadi sebuah berita yang siap untuk dikomsumsi oleh khalayak ramai. Peran jurnalistik dipandang cukup besar pengaruhnya dalam membentuk image  perusahaan. Apabila dalam sajiannya jurnalis berhasil mengemas informasi dengan benar dan utuh kepada masyarakat, maka pada saat inilah jurnalis dapat dikatakan mencerdaskan masyarakat. Atau dengan kata lain menyederhanakan berbagi istilah di bidang penerbangan agar mudah dipahami bagi berbagai lapisan masyarakat.

Gambar. Situasi Ruang Pemberian Pelayanan Aerodrome Control Tower di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado





Sebagai contohnya, apabila ditemui bacaan mengenai pesawat mengalami kekurangan bahan bakar (short of fuel), khalayak dapat dengan mudah memahami bahwa situasi yang mungkin timbul dapat berbahaya bagi keselamatan pernerbangan. Namun, ketika pesawat mengalami "kelebihan bahan bakar" untuk mendarat, tidak banyak yang memahami bahwa potensi bahaya yang dapat timbul tidak lebih sedikit daripada kekurangan bahan bakar. Tidak banyak yang memiliki cukup informasi bahwa pesawat yang  "kelebihan bahan bakar" dapat mengalami kelebihan beban muatan yang bisa jadi merusak roda pendaratan atau bahkan terus melaju hingga keluar dari landasan pacu. Sekali lagi karena kurangnya informasi.

Ketika sebuah keputusan diambil oleh petugas Air Traffic Controller berdasarkan disiplin ilmu dan peratutan yang berlaku sudah benar, kesalahan tidak terletak padanya. Namun dalam cyber era, ada saja oknum-oknum yang kemudian menulis dengan lugas di media-media sosial mempertanyakan kualifikasi Air Traffic Controller tanpa dasar yang jelas. Ketidaktahuan yang diiringi penarikan kesimpulan yang dini, ternyata bisa cukup mengganggu citra perusahaan navigasi penerbangan. Bahkan terkadang, berangkat dari justifikasi yang belum matang keputusan yang diambil oleh Air Traffic Controller dinilai tidak tepat oleh khalayak. 

Menilik contoh kasus tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnalistik berperan penting dalam membangun citra penerbangan Indonesia dengan baik. Sangat besar harapan bahwa seiring pesatnya pertumbuhan pergerakan pesawat udara di Indonesia dapat seiring dengan semakin matangnya jurnalistik Indonesia. Sebuah lingkungan jurnalistik yang sehat dan memiliki kredibilitas yang mumpuni. Sehingga tidak ada kekhawatiran mengenai justifikasi dari oknum yang tidak bertanggung jawab baik terhadap Airnav Indonesia maupun bagi pihak penerbangan lainnya di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi heterofilus (heterophilus communication ) yang wajar terjadi di era globalisasi seperti saat ini. Komunikasi heterofilus merupakan proses komunikasi yang terjadi di antara individu-individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Komunikasi antar budaya (intercultural communication) merupakan kajian komunikasi yang berfokus pada praktik komunikasi interpersonal yang terjadi di antara individu-individu yang memiliki perbedaan latar belakang kultural. Unit analisis yang ada dalam kajian ini adalah relasi dan praktik komunikasi interpersonal di antara mereka. Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya antara lain komunikasi antara suku bangsa yang berbeda, kelompok agama yang berbeda, negara-negara yang berbeda, subkultur yang berbeda, serta jenis kelamin yang berbeda. Contoh komunikasi antarbudaya: Komunikasi antara orang Jawa dan orang Batak; Komunikasi antara pemeluk agama Islam dan pemeluk agama

Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarpribadi

Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalahartikan atau disalahtafsirkan. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam komunikasi sehari-hari. Komunikasi nonverbal ini pun sangat penting dipahami karena banyak dipergunakan dalam menampilkan dan menjaga citra seseorang. Dalam pemilihan kepala daerah misalnya, seorang kandidat diharapkan tampil dalam gambaran sosok tertentu yang sesuai dengan harapan masyarakat di daerah tersebut. Dengan komunikasi nonverbal pulalah seorang dosen dapat menjelaskan materi pembelajarannya dengan komunikasi nonverbal. Sel

Evaluasi Program Hubungan Masyarakat

Oleh: Umi Muthiah Syahirah Mata Kuliah: Hubungan Masyarakat Evaluasi program humas (hubungan masyarakat) bagi humas sendiri bermanfaat untuk menghindari kesalahan berulang-ulang, pekerjaan lebih terkonsentrasi, penentuan estimasi biaya atau pun sumber daya manusia, serta waktu lebih efisien. Manfaat evaluasi bagi program humas menurut Gregory (2001) sebagai berikut a. Memfokuskan usaha Jika kita tahu bahwa pengukuran akan dilakukan berdasarkan jumlah target yang disetujui, kita akan memfokuskan diri pada hal-hal yang penting dan meletakkan hal-hal sekunder dalam pengawasan. b. Menunjukkan keefektifan Jika berhasil mencapai apa yang telah ditetapkan, tidak ada seorang pun yang dapat menariknya kembali. Dengan demikian, kita bias menunjukkan nilai kita. c. Memastikan efesiensi biaya Karena kita berkonsentrasi pada hal-hal yang menjadi prioritas,kita akan menggunakan anggaran dan waktu (yang juga berarti uang) untuk hal-hal yang berarti dan memberikan hasil yang bagus.