Langsung ke konten utama

Delay Rate

Delay rate adalah perhitungan selisih antara waktu aktual penerbangan yang simulai dari bergerak taxi sampai dengan berhenti di parking stand, dengan rencana penerbangan yang dimulai dari bergerak taxi hingga berhenti di parking stand. Adapun perhitungan delay rate dilakukan bertahap yaitu:

  • Tahap 1; Ground Delay (taxi hingga take off)
  • Tahap 2; Airborne Delay (landing hingga tiba di parking stand)
Gambar. Apron Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi Manado


Perhitungan delay rate juga memerlukan perhitungan besarnya konstribusi pemberi layanan navigasi terhadap penundaan yang terjadi.
Oleh karena itu, dalam mekanismenya dibutuhkan observasi dan data durasi yang meliputi:

  1. Taxi Out Time (EXOT); yaitu waktu rata-rata pesawat dari taxi dengan power sendiri hingga on short runway.
  2. Taxi In Time ( EXIT); yaitu waktu rata-rata pesawat saat meninggalkan runway hingga tiba di parking stand.
  3. Runway Occupancy Time for Take Off (ROTT); yaitu interval waktu antara saat pesawat melintasi holding stop bar dan ketika main gear pesawat terangkat meninggalkan runway.
  4. Runway Occupancy Time for Landing (ROTL): yaitu interval waktu antara saat pesawat melintasi threshold dan ketika ekor pesawat telah meninggalkan runway.
  5. SID (dimulai dari take off hingga poin dimana SID berakhir).
  6. STARR (dimulai dari poin awal STARR hingga poin dimana IAP bermula).
  7. IAP (dimulai dari prosedur approach bermula hingga pesawat mendarat).
Formulasi perhitungan dan data-data yang telah diperoleh dapat diolah dalam format rumusan excel di google drive http://bit.ly/2ooGZLz.
Lebih lanjut, identifikasi mengenai delay rate kemudian akan berpengaruh pada OTP. OTP (On Time Performance) adalah ketepatan waktu penerbangan, yang mengacu pada PM  57 tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time), yakni perhitungan selisih antara aktual keberangkatan dengan rencana keberangkatan operator penerbangan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintas budaya merupakan bentuk komunikasi heterofilus (heterophilus communication ) yang wajar terjadi di era globalisasi seperti saat ini. Komunikasi heterofilus merupakan proses komunikasi yang terjadi di antara individu-individu yang memiliki perbedaan satu sama lain. Komunikasi antar budaya (intercultural communication) merupakan kajian komunikasi yang berfokus pada praktik komunikasi interpersonal yang terjadi di antara individu-individu yang memiliki perbedaan latar belakang kultural. Unit analisis yang ada dalam kajian ini adalah relasi dan praktik komunikasi interpersonal di antara mereka. Bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya antara lain komunikasi antara suku bangsa yang berbeda, kelompok agama yang berbeda, negara-negara yang berbeda, subkultur yang berbeda, serta jenis kelamin yang berbeda. Contoh komunikasi antarbudaya: Komunikasi antara orang Jawa dan orang Batak; Komunikasi antara pemeluk agama Islam dan pemeluk agama

Komunikasi Nonverbal dalam Komunikasi Antarpribadi

Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalahartikan atau disalahtafsirkan. Karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam komunikasi sehari-hari. Komunikasi nonverbal ini pun sangat penting dipahami karena banyak dipergunakan dalam menampilkan dan menjaga citra seseorang. Dalam pemilihan kepala daerah misalnya, seorang kandidat diharapkan tampil dalam gambaran sosok tertentu yang sesuai dengan harapan masyarakat di daerah tersebut. Dengan komunikasi nonverbal pulalah seorang dosen dapat menjelaskan materi pembelajarannya dengan komunikasi nonverbal. Sel

Evaluasi Program Hubungan Masyarakat

Oleh: Umi Muthiah Syahirah Mata Kuliah: Hubungan Masyarakat Evaluasi program humas (hubungan masyarakat) bagi humas sendiri bermanfaat untuk menghindari kesalahan berulang-ulang, pekerjaan lebih terkonsentrasi, penentuan estimasi biaya atau pun sumber daya manusia, serta waktu lebih efisien. Manfaat evaluasi bagi program humas menurut Gregory (2001) sebagai berikut a. Memfokuskan usaha Jika kita tahu bahwa pengukuran akan dilakukan berdasarkan jumlah target yang disetujui, kita akan memfokuskan diri pada hal-hal yang penting dan meletakkan hal-hal sekunder dalam pengawasan. b. Menunjukkan keefektifan Jika berhasil mencapai apa yang telah ditetapkan, tidak ada seorang pun yang dapat menariknya kembali. Dengan demikian, kita bias menunjukkan nilai kita. c. Memastikan efesiensi biaya Karena kita berkonsentrasi pada hal-hal yang menjadi prioritas,kita akan menggunakan anggaran dan waktu (yang juga berarti uang) untuk hal-hal yang berarti dan memberikan hasil yang bagus.